Rabu, 28 Oktober 2009

THAREKAT NAQSYABANDIYAH KHALIDIYAH

Tharekat Naqsyabandiyah merupakan tarekat yang sudah tidak asing lagi bagimasyarakat Indonesia. Tharekat ini sudah menyebar luas ke seluruh penjuru dunia, salahsatunya di Indonesia yaitu TharekatNaqsyabandiyah Khalidiyah yang dibawa oleh Syekh H.Djalaluddin (Alm) Silsilah TN Ke-35, dari Jabal Qubais Mekkah pada tahun 1923 M setelahselesai belajar Tharekat Naqsyabandiyah dari Syekh Ali Ridha silsilah TN ke-34, olehgurunya tersebut Syekh. H. Djalaluddin Mendapat Ijazah Ismu Dzat dan diangkat menjadi Khalifahnya untuk Mengajarkan, Mempertahankan, Membela serta Menyebarluaskan
Tharekat Naqsyabandiyah Khalidiyah kepada masyarakat. Syekh Ali Ridho juga memberikan sebuah kitab pegangan Tharekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang berjudul “Syahifatusyafa lil ahlil wafa” kepada Syekh H.Djalaluddin. Kitab ini merupakan karangan seorang Waliyullah yang bernama Syekh Sulaiman Zuhdi silsilah TN ke-33 yang merupakan ayah dari Syekh Ali Ridho silsilah TN ke-34. Tharekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di nisbatkan kepada Syekh Khalid Kurdi silsilah TN ke-30, seorang Mujadid Tharekat Naqsyabandiyah yang telah berjasa besar dalam mengembangkan dan membesarkan tharekat ini, sehingga atas jasa-jasa beliau, sepeninggal beliauajaran Tharekat Naqsyabandiyah yang beliau bawa diberi
nama tambahan dibelakang yaitu Khalidiyah. Jadi sampai sekarang terkenal dengan Tharekat Naqsyabandiyah Khalidiyah.

Dalam perkembangannya menyebarkan Tharekat Naqsyabandiyah Syekh H. Djalaluddin yang dilahirkan di Kotobaru Tigo Maninjau Sumatera Barat pada tanggal 31 Desember 1882 ini, tidaklah mudah beliau kerap kali mendapat hambatan dan rintangan baik yang datangnya dari pihak penjajah Belanda maupun dari para ulama yang anti tharekat, kerap kali beliau mendapat perlakuan yang tidak baik dari penjajah dan mendapat cercaan (kafir, zindik, mengajarkan ajaran yang sesat menyesatkan ) dari ulama-ulama anti tarekat. Namun Syekh H. Djalaluddin tidak gentar dengan bermodalkan Dzikrullah dihati yang istiqomah, beliau hadapi semua itu dengan ketabahan, hingga akhirnya beliau membentuk sebuah organisasi yang bernama PPTI singkatan dari “PERSATUAN PEMBELA THAREKAT ISLAM” yang merupakan wadah perjuangan untuk membela dan menegakkan Tharekat Naqsyabandiyah Khalidiyah dan Tharekat-tharekat lain yang Mu`tabar. Ajaran Tharekat Naqsyabandiyah yang dibawa oleh Syekh H. Djalaluddin sangatlah
sistematis terdiri dari 17 Tingkat Mata pelajaran yaitu :

1.Dzikir Ismu Dzat.
2.Dzikir Lathaif.
3.Dzikir Napi Isbat.
4.Dzikir Wuquf.
5.Muraqabah Ithlaq.
6.Muraqabah Ahdiyatul`af`aal.
7.Muraqabah Ma`iyah.
8.Muraqabah Aqrabiyah.
9.Muraqabah Ahdiyatuz `zat
10.Muraqabah Zatus `syarfi walbuhti.
11.Maqam Musyahadah.
12.Maqam Mukasyafah.
13.Maqam Muqabalah.
14.Maqam Muqafahah.
15.Maqam Fanafillah.
16.Maqam Baqabillah.
17.Tahlil Lisan 7 Derajat.

Setiap murid setelah bai`at, ditalkinkan Dzikir Ismu Dzat, mata pelajaran tingkat satu membaca kalimah ﷲ sebanyak 5000x pada hati sanubari atau lathifatul Qolbi. Apabila sudah dapat Natijah shamrah Dzikir maka murid atas perintah Syekh Mursidnya dinaikkan derajat Dzikirnya ke tingkat berikutnya, begitu seterusnya hingga tamat 17 tingkat mata pelajaran. Rahasia Dzikir akan diperdapat apabila salik/murid masuk Suluk/Khalwat yang dibimbing dan diawasi langsung oleh Syekh Mursyid. Suluk/Khalwat yakni suatu metode semacam karantina atau training (latihan) intensif dirumah suluk/gedung latihan ruhani, yang sifatnya sementara bertujuan untuk membuang/menghilangkan nafsu/sifat-sifat tercela (Mazmumah), mengusir sifat-sifat syaithaniyyah dan menggantikannnya dengan nafsu/sifat-sifat terpuji (Mahmudah), mendatangkan sifat-sifat Malakiyah agar dekat dengan Allah SWT dan mendapat RidhoNya. Lamanya suluk/khalwat bisa 1,3,5,7,10,21,40 hari sesuai dengan petunjuk Syekh Mursyid. Disamping itu setiap murid TN (Tharekat Naqsyabandiyah) tetap memegang teguh 11 ajaran  Syekh Bahauddin Naqsyabandi diantaranya :

1.   Wuquf Zamani
2.   Wuquf `Adady
3.   Wuquf Qalby
4.   Nazar Barqadam
5.   Husy Dardam
6.   Safar Darwathan
7.   Khalwat Darandjuman
8.   Jaad Kard
9.   Baaz Kasyt
10. Nakah Dasjat
11. Jaad Dasjat.

Tujuan Tharekat Naqsyabandiyah Khalidiyah (TNKH)

Tujuan dari TNKH seperti yang pernah dikatakan oleh Syekh H. Djalaluddin ialah “Berkekalan berkepanjangan memperhambakan diri lahir dan bathin, dan berkekalan berkepanjangan hadir hati beserta Allah”. Ahli TNKH tidak bertujuan untuk menjadi Mulia, Kaya, Sakti digdaya, hebat dsb yang dituju ahli TN ialah hanya Allah dan mengharap RidhoNya. Ke 17 Tingkat mata pelajaran diatas merupakan jalan para Auliya Allah dalam mencari Allah dan menemukan Allah. Di dalam perjuangannya Syekh H. Djalaluddinb mengarang buku-buku Tharekat khususnya yang berkaitan dengan ajaran TNKH yang sampai
saat ini masih menjadi kitab pegangan dan rujukan para murid-murid TN, yang mana sebagian dari isi kitab karangannya itu merupakan pengalaman ruhani pribadi Syekh H.Djalaluddin dalam mengamalkan ke  17 tingkat mata pelajaran TNKH.  kitab-kitab tersebut diantaranya

- Sinar Keemasan jilid 1 & 2
- Buku Penutup Umur & 1001 Wasiat Terakhir
- Kitab Pertahanan Tharikat Naqsyabandiyah ( 4 Jilid )
- Kitab Mutiara Tharikat Naqsyabandiyah ( 6 Jilid )
- Pembuka Rahasia Allah ( 5 Jilid )
- Bangkai berjalan orang mati kembali hidup
- Pembuka Surga Dan Penutup Neraka

Semasa hidupnya Syekh H. Djalaluddin mengarang kitab-kitab kurang lebih sebanyak 55 buah kitab. Syekh H. Djalaluddin wafat pada hari Jum`at di Jakarta pada tanggal 23 Juli 1976 dalam usia 96 tahun. Dan kepengurusan Tharekat Naqsyabandiyah Khalidiyah dan PPTI diteruskan oleh Muridnya yang setia yakni Syekh Mursyid Musytari al Baronty.

Syekh Mursyid Musytari al Baronty.

Beliau merupakan menantu dari Syekh H. Djalaluddin, semenjakbelia beliau telah mempelajari Tharekat Naqsyabandiyah ini kepada gurunya Syekh H. Djalaluddin. Bertahun- tahun Syekh Musytari tinggal di kediaman gurunya yang waktu itu di jalan Angsana no.6 Bungur Jakarta, sambil berkhidmat Syekh Musytari menimba ilmu Tharekat dari gurunya hingga tamat 17 mata pelajaran pada sisi TN, tak heran jika Syekh Musytari diangkat menjadi Khalifah oleh gurunya dan mendapat gelar Syekh Muda, dan diberi wewenang untuk mengajarkan dan menyebarkan TN, waktu itu Syekh Musytari baru berumur 27 tahun. Kurang lebih sudah 43 tahun Buya Musytari (biasa disapa) mengamalkan Tharekat Naqsyabandiyah  Hingga sekarang beliau masih giat-giatnya mengajar TN kepada masyarakat yang berminat akan ilmu Tarekat. Beliau mengarang kitab yang berjuduL  “ ASRARUS SULUKI ILALLAH “. Muridnya terbanyak dan tersebar di daerah Kalimantan, Sulawesi sampai ke Kuching, Serawak Malaysia. Kini Buya mukim di Sidoarjo setelah
puluhan tahun keliling berdakwah.

Ajaran Fana` Buya Musytari.

Beliau berkata :’ Siapa orang yang ingin bertemu dengan Allah, diaharus mengalami 4 kali mati, 4 kali Fana dan Tajalli 4 kali”. yang dimaksud 4 kali mati disini bukanlah mati yang sebenarnya (nyawa berpisah dari jasad) melainkan  Mati Thabi`I, Mati Maknawi, MatiSyuri, Mati Hizi sesuai dengan Hadits Nabi : “Muutu Qabla AnTamuutu” (matilah kamu sebelum mati), dan 4 Kali Fana/lebur yakni  Fana Fiasma Illahiah,  Fana Fiafaalil Illahiah,  Fana Fisifati Illahiah, Fana Fizati Illahiah (setiap orang fana`atasnya dan tetaplah wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemulyaan).. Lalu merasai 4 kali Tajalli yaitu,  Tajalli Sifatullah, Tajalli Asmaulloh, Tajalli Af`alulloh dan Tajalli Dzatulloh bi dzhin/bidzdzauq (dengan rasa) bukan khayal atau angan-angan,  (kemanapun kau hadapkan wajahmu, maka disitulah wajah Allah) . Dan maqom terakhir ajaran TN ini ada pada Tajalli Dzat(Merasai dengan Dzauq Fana`ul Fana dan Baqa`ul Baqa), yang menurut Buya apabila kita amalkan 17 tingkat mata pelajaran pada sisi TN sampai tamat, insya Allah kita akan merasai nikmat maqom-maqom yang Allah telah berikan kepada Auliya-auliyaNya seperti merasai maqom tajalli dzatnya al-Hallaj, Abu Yazid Busthami, Ibnu Arabi. Yang mana kita akan tahu bahwa Auliya-auliya Allah tersebut telah mencapai puncak ruhani tertinggi/Wushul, sehingga tidak serampangan kita menuduh mereka kafir, zindik dsb, karena barang siapa yang belum merasai, belum mengetahui. Buya juga menjaga kemurnian ajaran TN ini dari pencampuradukan ilmu Ghaib kebatinan, yang seperti banyak tersebar dimasyarakat, banyak perguruan yang berkedok tharekat tapi mengajarkan kesaktian/kedigdayaan. Yakni dengan cara mengikis habis niat yang menyeleweng seperti ingin mendapat kesaktian/kedigdayaan, kekayaan setelah belajar TN, pada diri setiap murid yang ingin belajar tharekat kepadanya. Karena niat-niat/keinginan tersebut diatas hanya akan menjadi Hijab antara Hamba dengan Tuhannya dan TN tidak mengajarkan itu semua. Syekh Bahauddin pernah berkata “ Istiqomah lebih utama dibanding 1000 Karomah”.  Hal ini yang menjaga kemurnian Tujuan TN dalam mencari Ridho Allah. Seyogyanya Ilmu hikmah berbeda dengan Ilmu tasawuf oleh karena itu janganlah kita mencampuradukkannya, karena Ilmu hikmah merupakan buah (hasil)/hadiah pemberian dari Allah kepada para hambanya yang sholeh yang selalu memohonkepada Allah agar segala hajat keinginan dan kebutuhannnya dikabulkan oleh Allah SWT. Sedangkan orang yang belajar Tasawuf tidak mengharap apa-apa kecuali hanya Ridho Allah semata. Semoga dapat dimengerti perbedaannya agar tidak terjadi kesalahpahaman di kemudian hari, sebab bagi yang ingin belajar Ilmu Hikmah ada jalurnya, dan bagi yang mempelajari Ilmu Tasawuf juga ada jalurnya.Ilmu Hikmah maupun Ilmu Ghaib akan datang dengan sendirinya apabila kita tekun menjalani Ilmu Tasawuf, Allah akan mengaruniakan kepada kita Ilmu Laduni dan membukakan segala Rahasia Alam Ghaib dari Rahasia-Nya yang tersembunyi.Wallahu
A`lam.

Dakwah melalui penyebaran kitab.

Untuk menyebarkan TN ini Buya Syekh Musytari sebagai penerus Gurunya SyekhH.Djalaluddin mempunyai teknik yang unik, beliau bekerja sama dengan Penerbit lokalmencetak ulang kitab-kitab karangan Syekh H. Djalaluddin, seperti Sinar Keemasan jilid 1&2, dan BPU 1001 Wasiat terakhir. Yang sudah tercetak puluhan ribu eksemplar dan sudah beredar dikalangan masyarakat luas, hal ini bertujuan memberikan informasi yang jelas tentang ajaran-ajaran TN, dasar hukum TN yang berdasarkan Al-Qur`an & Hadits, sanad silsilah TN yang bersambung, bertali-talian sampai ke Rasulullah. Dan kebanyakan yang berminat akan TN dan mendapat Hidayah Allah SWT untuk masuk TN, Insya Allah orang tersebut akan menghubungi Buya Syekh Musytari, yang memang dalam kitab tersebut tercantum alamat dan no Hp yang bisa dihubungi dan juga bertujuan sebagai sarana komunikasi bagi para pembaca yang ingin berkonsultasi seputar isi materi kitab ataupun permasalahan lain tentang disiplin Ilmu Tasawuf. Buya Syekh Musytari pernah bekata  :     
“ Meskipun bertumpuk-tumpuk orang membaca kitab-kitab Tharekat Tasawuf, namun apabila orang tersebut belum mendapat Hidayah Allah, belum tergerak hatinya untuk memasuki suatu Tharekat apapun, jadi Tharekat itu tidak bisa dipaksakan ”.

Jadi beruntunglah orang-orang yang bertharekat, karena bertharekat merupakan nikmat tersendiri yang Allah karuniakan kepada kita. Karena dengan bertharekat kita dapat membersihkan hati, mendapat ketenangan hati dan ketenangan hidup, terbukanya tirai dinding/hijab antara hamba dengan Tuhan, mendapat Rahasia, senantiasa lebih dekat dengan Allah, dan mendapat ridhoNya. Syari`at yang ketat. Dalam mengajarkan Tharekat, Buya Syekh Musytari sangatlah menekankan syariat kepada murid-muridnya agar jangan ditinggalkan, meskipun kita sudah meraih derajatn hakikat & makrifat yang tinggi. Hal ini mencontoh suri tauladan  Rasulullah SAW meskipun beliau makhluk Paling Mulia di sisi Allah, tetapi Rasulullah tidak pernah meninggalkan Sholat ataupun ibadah Syariat lainnya.  “Tidak ada toleransi untuk syariat, semua murid harus mengerjakan dan melaksanakan semua ibadah syariat.” Menurut Buya Syekh Musytari. Hal-hal seperti inilah yang sangat dijaga oleh Guru-guru Mursyid dari sejak dulu, dengan demikian Tharekat Naqsyabandiyah tetap terjaga kemurniannya sebagai Tharekat yang Haq dan Mu`tabar.

Mengupas Rahasia 7 Lathaif dalam Tharekat Naqsyabandiyah Khalidiyah.

Dalam diri manusia terdapat 7 lathaif (esensi terhalus) yang apabila kita bersihkan dengan Zikrullah, maka Insya Allah kita akan mendapat salah satu rahasia Allah di setiap Lathaifnya, adapun ke 7 Lathaif itu dalam disiplin ilmu Tharekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yakni :

1.  Lathifatul Qalby.

Lathifatul Qalby letaknya 2 Jari dibawah susu kiri, berhubungan dengan Jantung jasmani, Lathaif ini merupakan tempatnya sifat mazmumah/keburukan seperti : Hawa, Nafsu, Kasih/cinta dunia, Iblis, Syaitan. Apabila dibersihkan dengan Zikrullah yang ada pada sisi TNKH maka Insya Allah masuklah sifat mahmudah/kebaikan seperti : Iman, Islam, Tauhid, Ma`rifat, Malaikat. Apabila bersih Lathifatul Qalby keluarlah Cahayanya Kuning Jernih Gilang-gemilang. Merasai Maqom Fanaa Fi Ismi Illahiah dan merasai Mati Thabi`i.

2.  Lathifatul Roh.

Lathifatul Roh letaknya 2 Jari dibawah susu kanan, berhubungan dengan Paru-paru (rabu) jasmani, Lathaif ini merupakan tempatnya sifat mazmumah/keburukan seperti : Loba`, Tamak, Rakus/Serakah, Bakhil. Apabila dibersihkan dengan Zikrullah yang ada pada sisi TNKH maka Insya Allah masuklah sifat mahmudah/kebaikan seperti : Qana`ah dan Sederhana.  Apabila bersih Lathifatul Roh keluarlah Cahayanya Merah Jernih Cemerlang. Merasai Maqom Fanaa Fi Afaalil Illahiah dan merasai Mati Ma`nawi.

3.  Lathifatul Sir.

Lathifatul Sir letaknya 2 Jari diatas susu kiri, berhubungan dengan Hati Kasar jasmani, Lathaif ini merupakan tempatnya sifat mazmumah/keburukan seperti : Pemarah/bengis, Pendendam/kusumat dan Sakit-sakit hati. Apabila dibersihkan dengan Zikrullah yang ada pada sisi TNKH maka Insya Allah masuklah sifat mahmudah/kebaikan seperti : Pengasih, Penyayang, lemah lembut/ramah tamah dan bermuka manis. Apabila
bersih Lathifatul Sir keluarlah Cahayanya Putih Jernih Terang Benderang. Merasai Maqom Fanaa Fisifati Illahiah dan merasai Mati Syuri.

4.  Lathifatul Khafi.

Lathifatul Khafi letaknya 2 Jari diatas susu kanan, berhubungan dengan Limpa Jasmani, Lathaif ini merupakan tempatnya sifat mazmumah/keburukan seperti : Hasad, Dengki, Iri Hati dan Sifat Munafiq. Apabila dibersihkan dengan Zikrullah yang ada pada sisi TNKH maka Insya Allah masuklah sifat mahmudah/kebaikan seperti : Syukur/Ridho,Sabar dan Tawakkal. Apabila bersih Lathifatul Khafi keluarlah Cahayanya Hitam JernihTerang Benderang. Merasai Maqom Fanaa Fizati Illahiah dan Merasai Mati Hizi.

5.  Lathifatul Akhfa.

Lathifatul Akhfa letaknya ditengah-tengah dada, berhubungan dengan Empedu(pahit) Jasmani. Lathaif ini merupakan tempatnya sifat mazmumah/keburukan seperti : Ria, Takabur, Ujub, Sum`ah. Apabila dibersihkan dengan Zikrullah yang ada pada sisi TNKH maka Insya Allah masuklah sifat mahmudah/kebaikan seperti : Ikhlas, Khusyu, Tadharruk,Tawadu`, Tafakkur (Diam). Apabila bersih Latifatul Akhfa keluarlah Cahayanya Hijau jernih Bersinar- sinar. Merasai Maqom Fanaa Fisifati Salbiah dan Merasai Mati Hizi.

6.  Lathifatul Nafsun Natiqah.

Lathifatul Nafsun Natiqah letaknya antara 2 Alis mata, berhubungan dengan Otak (benak) Jasmani. Lathaif ini merupakan tempatnya sifat mazmumah/keburukan seperti : Gambar-gambar(hayal-hayal), Panjang angan-angan, Bimbang/was-was/Ragu-ragu. Apabila dibersihkan dengan Zikrullah yang ada pada sisi TNKH maka Insya Allah masuklah sifat mahmudah/kebaikan seperti : Tenteram Jiwa dan Tenang Pikiran. Apabila bersih Latifatul Nafsun Natiqah keluarlah Cahayanya Terang Benderang Nur Samawi. Merasai Rahasia Mati Hizi.

7.  Lathifatul Kullu Jasad.

Lathifatul Kullu Jasad letaknya 2 Jari diatas perut, terus naik keatas melalui Lathifatul Akhfa terus keatas melalui Lathifatul Nafsun Natiqah terus keatas hingga ke ujung rambut dan menyebar keseluruh badan, berhubungan dengan seluruh jasad/meliputi seluruh badan. Lathaif ini merupakan tempatnya sifat mazmumah/keburukan seperti : Jahil Murakab dan Lalai/Lengah. Apabila dibersihkan dengan Zikrullah yang ada pada sisi TNKH maka Insya Allah masuklah sifat mahmudah/kebaikan seperti : Bertambah Ilmu dan Bertambah Amal. Apabila bersih Lathifatul Kullu Jasad keluarlah Cahayanya Nurullah, Nur Zatullah, Nur Sifatullah, Nur Afalullah, Nur Asma Allah. Merasai Rahasia Mati Hizi. Demikianlah kupasan singkat mengenai Rahasia 7 Lathaif yang merupakan sebagian dari materi ilmu yang ada pada sisi TNKH yang diajarkan oleh Guru Mursyid Syekh. Musytari al Baronty kepada murid-muridnya. Ulasan tersebut juga sudah sering dipaparkan dengan jelas oleh Syekh H. Djalaluddin dalam Kitab-kitab karangannya. Tak berlebihan bila Syekh Bahauddin Naqsyabandy pernah berkata : “Awal dari Tharekat ini adalah Akhir dari Tharekat yang lain”. Dan tak mengherankan bila Tharekat ini banyak diminati oleh umat Islam diseluruh penjuru dunia.

Khalifah Mursyid. 

Dalam menjalankan tugasnya berdakwah Buya Syekh Musytari mengangkat beberapa Khalifah Mursyid yang membantu tugas-tugas Buya dalam mengembangkan Tharekatini, beberapa diantaranya yakni : Khalifah Mursyid H. Karminanto, MBA, Msc. Yang mukim di Sidoarjo. Khalifah Mursyid H. Andi Burhanuddin A Petta Sese. Yang mukim di Makkasar. Khalifah Mursyid Sigit Hari Susanto yang mukim di Rogojampi Banyuwangi. Dan Khalifah Mursyid Syekh Imam Turmudzi Pimpinan Ponpes Misbahul Munir, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Ponpes Misbahul Munir merupakan Ponpes pertama di Kalimantan yang berbasiskan ilmu Tharekat/Tasawuf. Mereka berjuang untuk menegakkan kalimah ALLAH dan kalimah TAUHID. Dan dengan gigih menyebarkan, menegakkan dan mempertahankan TNKH, Tujuan mereka satu yakni Mengharap Ridho Allah.  Munajat ahli TN “Ilaahi anta maksudi wa ridhoka mathlubi, a`thini mahabbatka wa makrifataka”. ( Ya Allah, hanya Engkaulah yang kumaksud, dan hanya Keridhoan Engkau sajalah yang aku cari, berilah aku cinta untuk mengenalMU dengan sempurna ). Wallahu `alam bishowwab. Tamat   


Sanad Silsilah TN yang Penulis peroleh/ijazahdari Syekh Mursyid Musytari al-Baronty

Rahasia Mutiara Thariqat ini diturunkan Allah SWT, dengan perantaraan Jibril kepada :
1.  Nabi Muhammad SAW kemudian kepada ( kk )
2.  Abu Bakar Siddiq ( kk )
3  .Salman Farisi ( kk )
4.  Qosim Bin Muhammad ( kk )
5.  Imam Ja`far Siddiq ( kk )
6.  Abu Yazid Busthami ( kk )
7.  Abu Hasan Kharqani ( kk )
8.  Abu Ali Farmadi ( kk )
9.  Syekh Yusuf Hamdani ( kk )
10.Syekh Abdul Khalid Fajduani ( kk )
11.Syekh Riyukari ( kk )
12.Syekh Mahmud Anjiri ( kk )
13.Syekh Ali Ramitami ( kk )
14.Syekh Muhammad Baba Samasi ( kk )
15.Syekh Amir Kulaly ( kk )
16.Syekh Bahauddin Naqsyabandi  ( kk )
17.Syekh Muhammad Alaudin `Athari ( kk )
18.Syekh Yakub Jarekhi ( kk )
19.Syekh Ubaidillah Ahrari Samarqandy ( kk )
20.Syekh Muhammad Zahidi ( kk )
21.Syekh Darwisi Muhammad ( kk )
22.Syekh Muhammad Khaujaki Amkanaki ( kk )
23.Syekh Muhammad Baqibillah ( kk )
24.Syekh Muhammad Faruqi Sarhindi ( kk )
25.Syekh Muhammad Maksum ( kk )
26.Syekh Syaifuddin ( kk )
27.Syekh Nur Muhammad Badawani ( kk )
28.Syekh Samsudin Habibullah Janjanany ( kk )
29.Syekh Abdullah Dahlawi ( kk )
30.Syekh Khalid Kurdi ( kk )
31.Syekh Abdullah Affandi ( kk )
32.Syekh Sulaiman Qurmy ( kk)
33.Syekh Sulaiman Zuhdi ( kk )
34.Syekh Ali Ridha ( kk)
35.Syekh Djalaluddin ( kk )
36.Syekh Musytari Baronty ( kk )
37.Insya Allah S. Nurhilman bin Suhendi  

Sekian sekilas tentang Info Tharekat Naqsyabandiyah Khalidiyah, dan tak lupa lampiran foto Guru Mursyid TN dan kegiatannya saya sertakan, semoga dapat bermanfaat dan menambah Khasanah pengetahuan kita semua. Yang benar datangnya dari Allah, khilaf dan salah hanyalah milik saya, semoga Allah membuka pintu
MagfirahNya, amin. Akhirul kalam Wabillahi Taufiq WalHidayah, wassallammu`alaikum wr.wb.


KETERANGAN:
Bagi Ikhwan dan Akhwat yang ingin memiliki buku-buku Tarekat Naqsyabandi atau ingin Suluk, Khalwat masuk Tarekat Naqsyabandiyah…bisamenghubungi  Email Saya : hijaowtnb@yahoo.com



SYEKH H.DJALALUDDIN silisah Tarekat Naqsyabandiyah Ke-35


SYEKH H.DJALALUDDIN (silsilah TN ke-35) dan Menantu sekaligus Penerusnya yakni



SYEKH H.MUSYTARI Al-BARONTY (silsilah TN ke-36)




foto bai`at murid Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah oleh Syekh Mursyid Musytari Al-Baronti



Syekh Musytari ketika melakukan lawatan dakwah keliling Kalimantan





Syekh Musytari memberi Wejangan Adab Zikir dalam disiplin ilmu TNKH






Salah satu kitab pegangan murid2 TNKH






S. NURHILMAN  (silsilah TN ke-37)



 

Prof. Dr, Syekh Musytari M & S. Nurhilman

Tidak ada komentar: